KEARIFAN LOKAL SAMPANG

                                                     Sampang, Madura, Jawa Timur

 

Sampang merupakan salah satu dari empat kabupaten yang terletak di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur. Sesuai namanya, ibu kota kabupaten berada di Sampang. Sejarah kuno Sampang hanya dikenal dari beberapa prasasti dengan Sangkala Chandra. Dalam tradisi Jawa, adalah suatu representasi visual yang berbunyi hukum empat kata yang masing-masing menghasilkan angka. Candra Sangkala pertama ditemukan di situs Sumur Daksan di desa Dalpenang, membaca angka 757 Saka atau 835 Masehi itu menandakan adanya komunitas kaum Budha yang dipimpin oleh Resi (guru spiritual). Ini memberikan makna tanggal secara penanggalan Saka. dan selain itu dibuktikan dengan ditemukannya makan rato ebuyang terletak di Madegan. Selain dikenal sebagai kota sejarah Sampang memiliki banyak tempat wisata dan sejarah  yang cocok untuk dikunjungi seperti rato ebu, air terjun toroan, goa lebar, Sampang Waterpark dan pantai camplong.

 

                                                 

 

                                            Ritual Petik Laut Masyarakat Camplong Sampang.

Petik laut merupakan sebuah ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan Camplong Sampang atas rezeki dan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan melalui alam, khususnya laut. Ritual petik laut diselenggarakan sekali setiap tahun pada awal bulan Muharam atau bulan Syuro oleh penduduk yang tinggal di pesisir pantai. Bagi masyarakat pesisir, sikap hidup dasar masyarakat tersebut adalah memiliki atau menganggap bahwa laut merupakan sumber daya untuk kelangsungan, pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat pesisir di wilayah Indonesia memiliki cara pandang tertentu terhadap sumber daya laut dan persepsi kelautan. Melalui latar belakang budaya yang dimilik oleh masyarakat pesisir, muncul suatu tradisi untuk menghormati kekuatan sumber daya laut. Tradisi tersebut lazimnya diwujudkan melalui ritual, yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur karena alam melalui sumber daya laut telah memberikan kelimpahan serta rejeki dalam kelangsungan mereka. Oleh karena itu, ritual petik laut dapat dikatakan sebagai salah satu wujud kebudayaan.

 

Ritual petik laut sudah diselenggarakan nelayan Camplong Sampang sejak tahun 1901 dengan dipimpin seorang dukun. Namun dalam proses perkembangannya di kemudian hari, karena ada keterlibatan para kiai dan kalangan pesantren di daerah Muncar dalam penyelenggaraan ritual ini, maka berbagai unsur Islam hadir. Ritual petik lau dilakukan dengan membaca doa-doa dan sholawat terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan melempar kepala kambing dan bunga ke pantai.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UNIT BISNIS UMM

JAS MERAH KAMPUS PUTIH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SHOPEE SEBAGAI TRANSFORMASI DIGITAL UMKM